Buku yang ada di tangan saya ini merupakan gabungan dari
tiga brosur politik-ekonomi Tan Malaka yang saat itu beredar dengan sangat
terbatas. Buku ini cukup relevan saat ini dan bisa mengugah kesadaran kita akan
arti dari kemerdekaan yang sesungguhnya. Berbicara masalah kemerdekaan, apakah
kita semua yakin sudah merdeka atau belum sama sekali. Mari, kita patut
mempertanyakan, apakah kita saat ini sudah benar-benar merdeka 100%.
Tidak sengaja kutemukan buku ini ditumpukan buku diskon di
Blok M Square beberapa pekan lalu saat pulang dari Bandung. Awalnya saya
mencari karya-karya lain Fadh Jibran setelah membaca bukunya yang berjudul ‘Yang
Galau Yang Meracau, Curhat (Tuan) Setan’.
Sudah pukul 10.00 Wita, hampir semua gerai buku di lantai
bawah Blok M Square kudatangi. Akhirnya saya memutuskan mencari Kumcer lain
karya Danarto dengan gaya bertuturnya yang khas. Danarto selalu mengajak kita
berpikir kritis sekaligus menertawakannya. Kumcernya pun tak kunjung juga saya
temukan hanya ada ‘Setangkai Melati di Sayap Jibril’ yang setahun lalu sudah
mangkrak di rak buku ku.
Dari jarak 2,5 m tempat saya berdiri, saya melihat tulisan
Muslihat huruf besar dengan gambar Tan Malaka yang hampir memenuhi cover buku
yang berwarna biru tersebut. Buku itu seperti magnet, seketika menarikku kubuka
halamannya satu persatu. Dalam buku ini, Tan Malaka menulis dengan cara yang
berbeda dibandingkan buku-bukunya yang lain. Ditulis dalam format percakapan
antar tokoh. Mirip dengan format wawancara yang dipelajari waktu SMP. Disamping
harganya murah, saya juga makin penasaran siapa itu PACUL, GODAM, TOKE, DENMAS
dan MR. APAL.
Diatas kendaraan menuju hotel, rasa penasaranku semakin
membuncah tak kalah kupandangi buku tersebut. Akhirnya kuputuskan untuk mencari
tahu tentang ‘Muslihat, Politik, & Rencana Ekonomi Berjuang’ dengan
ponselku, ternyata buku ini ditulis oleh Tan Malaka tahun 1945. Buku ini juga
diberi judul Merdeka 100% oleh penerbit lain.
Tan Malaka mengemasnya dengan gagasan-gagasan, terinspirasi dari ragam karya dari pemikiran Barat. Socrates pun tak luput dalam sebutannya di dalam buku ini. Yeahhh, hal ini membuat saya makin penasaran dengan lima tokoh yang berdiskusi tentang Muslihat, Politik dan Rencana Ekonomi Berjuang. PACULwakil kaum tani, GODAMwakil kaum buruh, TOKEwakil kaum pedagang, DENMASwakil kaum priyayi dan MR. APLAwakil kaum intelektual. Ok, langsung saja keisi bukunya.
Di suatu malam pada pertemuan antara Bung Karno, Bung Hatta,
Bung Sjahrir dan K.H. Agus Salim — Tan Malaka yang hadir tanpa diundang berkata
lantang: “Kepada para sahabat, tahukah kalian kenapa aku tidak tertarik pada
kemerdekaan yang kalian ciptakan? Aku merasa kemerdekaan itu tidak kalian
rancang untuk kemaslahatan bersama. Kemerdekaan kalian diatur oleh segelintir
manusia, tidak menciptakan revolusi besar. Hari ini aku datang kepadamu, wahai
Soekarno sahabatku, harus aku katakan bahwa kita belum merdeka karena merdeka
haruslah 100 persen.”
“Hari ini aku melihat kemerdekaan hanyalah milik kaum elit,
yang mendadak bahagia menjadi borjuis, suka cita menjadi ambtenaar….Kemerdekaan
bukan milik rakyat. Kita mengalami perjalanan yang salah…”
Pada bab MUSLIHAT, membahas suasana indonesia pasca
proklamasi, program dan susunan rakyat berjuang, taktik berjuang. Program yang
diusulkan oleh tan malaka yakni Mendirikan pemerintah berjuang oleh rakyat
berjuang, Mendirikan laskar rakyat, Membagikan tanah pada petani melarat, Melaksanakan
hak pekerja mengatur hak produksi, Melaksanakan ekonomi berjuang, Membersihkan
indonesia dari tentara asing dan Melucuti senjata jepang.
Pada bab POLITIK, membahas arti dari merdeka yang indonesia
raih, perlunya mengisi kemerdekaan itu, indonesia harus mendapati merdeka 100%,
realita kondisi kemerdekaan indonesia, juga bahasan bentuk negara dan
kedaulatan. Tan Malaka membahas bentuk negara, apakah itu monarki atau republik
sampai pada bahasan trias politica. Juga dibahas mengenai kedaulatan (pemegang
kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara). pada akhirnya dan dalam porsi yang
banyak, tan malaka menyuarakan merdeka 100% untuk Republik Indonesia.
Pada bab Rencana Ekonomi Berjuang, membahas rencana ekonomi
negara luar dan rencana ekonomi indonesia. Bab ini lumayan rumit, silahkan
dicari tahu sendiri.
Cita-cita Tan Malaka agar Indonesia merdeka 100% juga pernah
dirumuskan dalam sebuah brosur politik- ekonomi berjudul Politik yang ditulis
di tengah suasana peperangan besar Surabaya 1945. Selain brosur Politik, di
tahun yang sama Tan Malaka juga menulis dua brosur lainnya, yaitu Muslihat dan
Rencana Berjuang.
Muslihat, Politik dan Rencana Ekonomi Berjuang adalah
sekumpulan pamflet yang berisikan dialog antara Toke, Pacul, Godam dan Denmas
beserta Mr. Apal mengenai konsep-konsep yang berhubungan dengan gagasannya
mewujudkan Indonesia Merdeka 100%. Dalam buku ini begitu banyak protes keras
Tan Malaka terhadap kesenjangan kelas proletar dengan kaum kapitalis yakni
Belanda yang pada masa sebelum itu menjadi kekuatan yang baru saja dikalahkan.
Baginya Belanda (bersama Inggris) muncul lagi ke Indonesia
pada medio November-Desember 1945 disertai dengan beragam muslihat. Salah satu
yang menonjol adalah ketika Inggris membuat ultimatum pada rakyat Indonesia
agar segera melucuti senjata Tentara Jepang. Inilah yang dinamakan muslihat,
bahwa dengan secara de facto Indonesia telah merdeka dari bangsa manapun,
rakyatnya atas izin negara diperbolehkan untuk memanggul senjata rampasan yang
seharusnya sudah menjadi milik bangsa ini. Akan tetapi inilah yang dilanggar
oleh Tentata Sekutu Inggris yang diboncengi NICA.
Di bagian lain buku ini dijelaskan bagaimana membangun
pondasi pemerintahan (yang mana dalam hal ini berbicara tentang POLITIK), pada
masa awal setelah memastikan kemerdekaan. Harus ada sinergi yang kuat antara
beberapa sektor yang dibagai Montesquieu yang kita kenal sebagai Trias
Politika. Konsep ini dipadukan dengan bagaimana komunisme muncul sebagai salah
satu kekuatan partai politik. Meskipun keinginannya adalah menjadikan Indonesia
sebagai negara partai Tunggal seperti Uni Soviet pada masa itu.
Kemudian di bagian akhir, yakni pamfletnya yang berjudul
'Rencana Ekonomi Berjuang', Tan Malaka membuat perhitungan-perhitungan yang
detil dan teliti. Tan Malaka menekankan betapa buruh diintimidasi melalui
pemberian gaji. Hal lazim yang masih membelenggu buruh hingga saat ini.
Baginya
ini adalah akibat efisiensi yang diterapkan oleh kaum kapitalis untuk
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya yang mana hasil laba tersebut
akan kembali ke kantong pribadi.
Dan akhirnya, poin penting yang bisa diambil dari buku ini
adalah Kemerdekaan yang telah dimulai oleh beberapa Bapak Bangsa kita ternyata
tidak cocok dengan idealisme Bapak Bangsa Indonesia kita yang satu ini.
Terbukti ketika sebuah prolog mengatakan bahwa Tan Malaka tidak tertarik dengan
kemerdekaan yang dirancang oleh Sukarno cs., karena hanya akan mensejahterakan
segelintir kaum saja. Dan ternyata terbukti ketika penerus Soekarno melegalkan
konglomerasi dan liberalisasi perdagangan. Hal inilah yang semakin menindas
Kaum Murba yang terus ia perjuangkan bahkan hingga teriakan-teriakannya dalam
kubur yang makin lantang! (Selamat membaca Bab Rencana Ekonomi Berjuang)